Setiap manusia itu pastinya diberi berkat yang berlainan oleh Tuhan. Ada yang menerima berkat yang sesui dengan harapannya bahkan lebih, ada juga yang justru jauh dari harapannya. Terkadang, memang sulit menerima bila berkat yang diberikan oleh Tuhan tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi apa mau dikata, sebagai manusia kita hanya bisa menerima. Namun apabila berkat yang diterima selalu disyukuri, walaupun itu hanya berkat yang kecil akan besar manfaatnya dan akan terasa indah, seperti yang dialami oleh Bapak Saelan dan Bapak Wardiman.
Pak Saelan berumur 42 tahun, sementara Pak Wardiman berumur 37 tahun. Pekerjaan sehari-hari mereka adalah tukang sampah sebuah perumahan di kota Bogor. Setiap dua hari sekali mereka berkeliling mengambil sampah dari rumah ke rumah di tong sampah yang sudah disediakan. Sedikit beruntung karena mereka diberi fasilitas berupa sebuah mobil pick-up, sehingga mereka tidak terlalu capek dan repot berkeliling hanya untuk mengambil sampah. Selain itu mereka juga masih harus memisah-misahkan berbagai jenis sampah yang sudah terkumpul di bak mobil. Dengan segala daya upaya mereka yang harus menghadapi sampah-sampah yang bau itu, mereka hanya diupah Rp 450.000,00 per bulannya.
Pak Wardiman sudah menggeluti profesi ini sejak setahun yang lalu. Ia hidup bersama istri dan seorang anaknya. Uang 450.000 rupiah masih cukup untuk hidup sebulan walaupun sederhana. Disamping itu, istrinya bekerja sebagai buruh cuci walau dengan upah yang tidak seberapa. Namun itu semua masih mencukupi. Bayaran sekolah anaknya jarang pernah menunggak dan sehari-hari mereka masih cukup makan. Bila lebaran tiba, Pak Wardiman masih mampu untuk membelikan anaknya baju baru. Bahkan masih ada kesempatan menabung walaupun tidak seberapa. Sebelum menjadi tukang sampah, Pak Wardiman sempat menjadi sopir angkot. Karena itu ia bisa menyetir, dan keahliannya itu dipakai sampai sekarang untuk menyetir mobil pengangkut sampah.
Sedikit berbeda bagi Pak Saelan yang hidup bersama istri dan keempat anaknya, tentu uang 450.000 rupiah tidak cukup. Ditambah 2 dari keempat anaknya masih bersekolah. Untuk makan saja sudah memberatkan. Bila dirata-rata, sehari mereka hanya hidup dengan uang sejumlah Rp 10.000,00 lebih sedikit. Bila dibagi 6 orang, maka jatah seorangnya hanya sekitar seribu – 2 ribu rupiah. Untuk makan sekali sehari saja sudah tidak cukup. Maka untuk mencukupkan hidup, Pak Saelan kerap kali mengambil sampah-sampah organik untuk diolah menjadi kompos kemudian dijual. Istrinya juga membantu dengan berjualan bersama kedua anaknya yang sudah tidak bersekolah. Hasil tambahan itu dipakai untuk menambah jatah makan dan untuk membiaya sekolah anak-anaknya yang masih SD. Pak Saelan berharap setidaknya walaupun mereka tidak bisa sampai tuntas sekolah, mereka masih bisa membaca dan menulis sehingga tidak dianggap bodoh. Pak Saelan masih bersyukur dengan segala kekurangannya itu, ia tidak pernah berpikir untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak halal.
Pak Saelan dan Pak Wardiman orangnya baik dan rendah hati serta ramah walaupun sedikit pemalu. Sulit mengajak mereka untuk berfoto bersama. Saya sendiri sedikit tidak enak untuk meminta mereka berfoto bersama karena mereka menolak terus. Maka saat saya katakan bahwa ini adalah tugas, mereka mau juga difoto walupun posenya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bagi mereka berdua, segala macam pekerjaan yang diberikan pada mereka adalah berkat dari Tuhan, yang harus diterima dengan penuh rasa syukur, terlebih karena pekerjaan itu halal.
Refleksi :
Kerap kali, kita yang diberi berkat berlebih oleh Tuhan justru lupa untuk bersyukur. Padahal bila dibanding dengan kehidupan Pak Saelan dan Pak Wardiman, sungguh jauh sekali perbedaan yang ada. Maka penting bagi kita untuk terus bersyukur atas segala apa yang kita terima. Jangan hanya menuntut, meminta, menuntut dan meminta. Bila kita mendapatkan sesuatu yang buruk, berpikirlah positif. Disitu Tuhan ingin menyadarkan kita supaya tidak lupa kepada-Nya. Saat kita mendapat sesuatu yang baik, jangan pernah lupa untuk mengucap syukur, jangan hanya larut di dalam kegembiraan itu. Disamping itu, bagi kita, mendapat uang itu mudah. Sementara bagi Pak Saelan dan Pak Wardiman, hal ini sungguh teramat sulit. Untuk itu kita harus mulai sadar bahwa segala sesuatu harus didapat dengan perjuangan. Rencana Tuhan selalu indah pada waktunya ..
Tuhan memberkati.
* Yosepha A. (Joe) . X1 . 31 *
No comments:
Post a Comment