KEHIDUPAN DI SEKITARKU
Siang itu, jam menunjukkan pukul 12.30. Sekolah tampak sepi karena sebagian besar muridnya sudah pulang ke rumah masing-masing. Tampak seorang ibu berumur sekitar 40-50 tahunan sedang merapikan majalah-majalah dagangannya. Ibu itu adalah seorang pedagang majalah. Sehari-hari ia berjualan di SMA Santa Ursula. Pada waktu usianya masih belia, ia merantau ke Jakarta dari daerah asalnya, Magelang dengan harapan bisa mengubah nasib di Jakarta. Beberapa tahun setelah ia menetap di Jakarta, ia bertemu dengan seseorang yang saat ini menjadi suaminya. Setelah menikah ia berjualan majalah dan komik di SMA Santa Ursula. Penghasilannya dari berjualan ini sangatlah pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anaknya yang pertama (19 tahun) tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya, sehingga anaknya langsung bekerja dengan gaji yang dapat digunakan untuk biaya pendidikan adiknya. Sedangkan anaknya yang kedua (15 tahun), saat ini masih duduk di bangku SMA sebuah sekolah negeri di daerah cempaka putih. Meskipun hidupnya sangat pas-pasan dan mungkin dapat tergolong kurang, ia dapat menjalaninya dengan penuh semangat dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Refleksi Reina X1-1:
Ketika saya selesai mewawancarai ibu ini, saya jadi merasa kalau saya ini sangat beruntung. Saya tidak perlu bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidup, dapat sekolah di sekolah swasta yang bagus, dan dapat hidup berkecukupan. Kalau sebelum-sebelumnya saya sering sekali membeli sesuatu yang tidak penting, untuk kedepannya saya akan lebih menghargai uang. Karena ternyata uang yang begitu sulit untuk dicari. Saya juga menjadi sadar, bahwa di sekitar saya masih banyak orang lain yang harus bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Karena itu saya harus lebih dapat menghargai hidup saya yang sudah berkecukupan.
Refleksi Valie X1-28 :
Apa yang ada di benak saya berbeda dengan kenyataanya. Awalnya saya mengira, ibu ini tergolong yang mampu. Ternyata setelah di wawancarai, mereka dapat digolong sebagai warga yang kurang mampu. Untuk mencari hidup yang lebih baik, ibu tersebut pindah ke Jakarta, meninggalkan keluarganya di desa. Anaknya yang berumur 19 tahun, tidak kuliah karena tidak memiliki biaya pendidikan yang setiap tahun tentunya meningkat. Saya harus benar-benar besyukur, sudah di beri penghidupan yang layak, diberi keluarga yang tergolong lebih dari cukup, dan diberi fasilitas yang serba mencukupi. Inilah kehidupan diluar kita. Diluar, tetapi dekat dengan kita. Semoga dengan wawancara ini, saya dapat mengerti bahwa kehidupan ini tidaklah semudah apa yang kita duga. Hargai dan bersyukurlah apa yang telah diberi oleh Tuhan hingga detik ini.
No comments:
Post a Comment