Saturday, April 26, 2008

refleksi religiositas astrid 22

Saya mewawancari ibu Nasidah, seorang tukang cuci dengan 7 orang anak. Saya merasa ia seorang yang cukup terbuka dan baik. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia juga berjualan.
Menantu lelakinya yang pengangguran pun ia hidupi. Menurut saya, jika ia dapat menerima hal tersebut, begitu besar hatinya. Saya cukup prihatin mendengar cerita ibu Nasidah, ia mengaku bahwa untuk masuk ke dalam rumahnya saja ia sudah kesulitan dan harus membungkuk. Malah untuk meninggikan rumahnya saja merupakan harapannya yang paling ia ingin wujudkan. sebagai orang kekurangan di Indonesia, pasti sangat sulit menopang hidup yang begitu berat. Walaupun sudah banyak subsidi yang ada, itu tidak sepenuhnya menolong. Saya merasa begitu bersyukur dilahirkan oleh orangtua yang berkecukupan dan malah terkadang saya dapat memenuhi keinginan-keinginan lain saya diluar kebutuhan pokok. Padahal , hal tersebut sebenarnya hanya untuk memenuhi gaya hidup sebagai orang yang tinggal di ibukota. Makan dengan harga yang mahal misalnya. Sebenarnya dengan 5000 rupiah saja kita sudah dapat kenyang, namun kita bisa menghabiskan 10x lipat uang itu untuk sekali makan. Maka dari itu, saya berusaha untuk selalu tidak boros dan juga selalu bersyukur atas berkah Tuhan pada saya dan keluarga saya. Saya memang terkadang egois untuk memenuhi kebutuhan, rasanya jika tidak mendapatkan apa yang saya inginkan saya sungguh kecewa dan marah, padahal orang-orang lain saja sudah susah untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Susah memang menahan diri, namun kita harus belajar. Dari wawancara tesebut saya juga dapat belajar sedikit. Memang tidak dapat mengubah saya sepenuhnya dan membuat saya langsung menjadi baik, namun ada hal yang membuat saya semakin tahu dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi saya. Semoga saya bisa semakin bijaksana dalam menjalani keseharian saya kedepan.

No comments: