Thursday, April 24, 2008

idaX1/10_maureenX1/19

Kisah Seorang Penjual Cakwe


Pada hari Selasa, 22 April 2008 kami berbincang-bincang dengan seorang ibu penjual cakwe yang berjualan di pinggiran Ruko Citra Garden. Ibu ini bernama Memey. Beliau mengaku telah 6 tahun berjualan cakwe di tempat ini bersama suaminya. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, Bu Memey dan suaminya harus berjualan cakwe di pasar pada pagi hari, lalu kemudian mereka pindah berjualan di depan Ruko Citra Garden dari jam 3 siang hingga pukul 9 malam. Jika tidak cakwe yang mereka jual tidak akan habis dalam satu hari. Apalagi beliau mengaku bahwa ia sering mengalami kerugian pada musim hujan karena sedikitnya pembeli pada saat hujan.
Cakwe Ibu memey dan suaminya ini memang sudah terkenal dari dulu karena cakwenya yang enak dan murah meriah. Walau pendapatannya sehari hanya 100 ribu rupiah bila sedang ramai, beliau mengaku merasa senang dapat memuaskan para pelanggannya. Dari hasil pengamatan kami, Ibu memey selalu bersikap ramah terhadap pelanggannya. Tidak heran bila Ia telah memiliki beberapa pelanggan tetapnya yang seringkali memesan cakwenya.
Dari pendapatannya setiap hari, Ibu berumur 38 tahun ini mengaku merasa sulit untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari. “Semuanya harus dicukup-cukupin, mana sekarang harga barang-barang kebutuhan hidup mahal. Hidup makin lama makin sulit,,” ucap Ibu Memey sambil tersenyum getir.
Ibu beranak tiga ini merasa bersyukur bahwa setidak-tidaknya dengan minimnya pendapatannya, ia tetap dapat menyekolahkan salah satu putrinya di salah satu sekolah negeri dengan bantuan subsidi dari pemerintah. Anak bungsunya yang masih bayi baru berumur 4 bulan sedangkan anaknya yang pertama berumur 7 tahun. Setiap hari, anaknya yang tertua membantu Ibu Memey mengurus bayinya di rumah yang terletak di dekat pasar tempat setiap pagi ia berjualan.
Setelah kami puas berbincang-bincang dengan beliau, kami mengajak beliau untuk berfoto bersama. Tetapi akhirnya kami tidak berhasil mengambil foto Ibu Memey secara langsung, karena beliau bersikeras tidak mau difoto.


Refleksi Ida

Setelah mewawancarai Ibu Memey, saya menyadari bahwa masih banyak orang yang hidupnya lebih susah dari saya. Mereka harus berjuang keras untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. Betapa sulitnya hidup dan sulitnya bekerja mencari uang. Ibu Memey berusaha untuk tetap menyekolahkan anak keduanya. Meskipun serba kekurangan, ia tetap berusaha untuk mengutamakan kepentingan anak-anaknya. Anak pertamanya rela tidak bersekolah, demi adik-adiknya. Ia membantu ibunya dengan menjaga adiknya yang masih kecil. Meski hidup dalam kekurangan mereka tetap bahagia. Kemiskinan dalam hidupnya tidak ia jadikan beban melainkan cobaan. Ia tetap berusaha yang terbaik. Dari hasil wawancara ini, saya jadi lebih menghargai orang-orang di sekitar saya. Mereka yang bekerja siang dan malam demi menafkahi keluarga. Terutama, saya menjadi lebih menghargai orangtua saya yang berusaha keras sehingga saya bisa bersekolah dan hidup berkecukupan. Saya sungguh bersyukur atas segala yang saya miliki yang telah Tuhan berikan pada saya. Banyak hal yang dapat saya pelajari melalui wawancara ini. Saya berharap melalui wawancara ini, saya dapat menjadi lebih menghargai sesama, menghormati orang lain, dan bersyukur atas segala yang telah saya miliki. Saya harus berjuang dari sekarang untuk masa depan saya karena orang tua saya telah bekerja keras agar saya dapat bersekolah dan meraih impian saya.

Refleksi Maureen

Pada zaman sekarang yang serba maju dan modern, kemiskinan pun semakin lama semakin menjangkit bersama kepahitan hidup. Di Indonesia, tingkat kemiskinan terus melonjak bersama dengan rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan perkapita masyarakat. Awalnya saya merasa biasa saja menanggapi masalah kemiskinan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi kini pandangan saya tentang kehidupan menjadi lebih terbuka setelah saya mewawancarai Ibu Memey. Keacuhan dan anggapan saya bahwa orang-orang miskin identik dengan kata malas pun berubah menjadi rasa prihatin. Saya merasa iba dan tersentuh dengan perjuangan hidup Ibu Memey untuk menghidupi keluarganya.
Setelah wawancara ini, saya menyadari bahwa betapa saya selama ini kurang menghargai hidup saya. Saya juga merasa bahwa ternyata saya adalah termasuk orang yang beruntung, karena setiap hari saya tidak perlu bekerja sekeras Ibu Memey untuk memperoleh sesuap nasi, Saya juga tidak perlu berjualan cakwe dari pagi hingga larut malam untuk memenuhi kebutuhan saya, ataupun saya tidak perlu putus sekolah seperti anak sulung Ibu Memey karena orangtua saya tidak mampu.
Di sisi lain saya juga merasa salut atas ketegaran dan semangat Ibu Memey untuk mempertahankan hidupnya dan keluarganya. Saya melihat sosok seorang wanita yang kuat, sosok Ibu yang penuh tekad, sekaligus sosok Istri yang ulet bersatu dalam pribadi Bu Memey ini. Sungguh sulit dipercaya semangat dan ketabahan ini berasal dari sosok seorang wanita yang biasanya identik dengan kata lemah lembut. Saya berharap semua usaha dan semangat Bu Memey ini, akan membawa beliau ke kehidupan yang lebih baik di masa depannya. Semoga Tuhan memuluskan dan menyertai kehidupan beliau selalu.
Wawancara singkat dengan Bu Memey ini, membawa banyak perubahan dalam diri saya. Saya memperoleh banyak sekali pelajaran hidup dengan wawancara ini, salah satunya adalah betapa kita harus selalu tegar untuk menjalani hidup. Kita tidak boleh lembek ataupun mudah menyerah, apalagi hanya karena hal yang sepele dan tak berarti.
Melihat betapa sulitnya Bu Memey mencari uang, Selain itu, saya juga menjadi sadar betapa sulitnya mencari uang sekarang ini. Saya sangat menyesal jika mengingat betapa saya dulu sering bersikap konsumtif dengan menggunakan uang hasil keringat otangtua saya. Saya berniat untuk mengubah sifat konsumtif saya ini agar tidak menjadi kebiasaan buruk yang berkepanjangan.
Sekarang, saya menjadi termotivasi untuk meneladani semua keuletan dan sikap optimis Ibu memey dalam memandang segala kesulitan hidup. Saya berharap saya dapet meniru keuletannya ini dalam meraih impian dan masa depan saya.



No comments: