Rintangan Hidup Bersama Sampah
Tanggal 22 April 2008, hujan membasahi daerah pemukiman di Jalan Kramat Jaya. Di tengah padatnya aktivitas penduduk di Kramat, kami berkunjung ke tempat pembuangan sampah yang berisi gerobak-gerobak pengangkut sampah. Walau dengan kondisi hujan, kami mewawancarai seorang petugas sampah bernama Bapak Umar dan sudah memiliki 3 orang anak. Urat-urat di tangannya menandakan dirinya bekerja keras untuk melawan sulitnya kehidupan di Jakarta. Kehidupannya bersama sampah-sampah rumah tangga membuat dirinya merasakan pahit-manisnya hidup di Jakarta sekarang ini. Usianya kini yang menginjak 50 tahun dan bertempat tinggal di Johar Baru RT 14 RW 03, sudah menggeluti pekerjaan ini 6 tahun lamanya. Pekerjaannya sebagai pengatur sampah diatas truk pengangkut sampah menuju Bantar Gebang membuatnya kebal hidup bersama sampah. Pak Umar memilih pekerjaan menjadi petugas sampah karena ia tidak mempunyai pilihan lain dalam mencari pekerjaan di Jakarta. Tidak dipungkiri, kehidupan mencari sesuap nasi saja dirasakan sulit di Jakarta, apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain.
Suka duka tentu dirasakan Pak Umar selama mencari nafkah di Jakarta. Adapun suka duka dalam menjalani pekerjaannya sebagai petugas sampah yakni ia bebas melakukan pekerjaannya. Dukanya dalam menghadapi pekerjaan ini adalah jika hujan, ia merasa malas untuk memunguti sampah dari rumah ke rumah. Ia merupakan petugas dari Suku Dinas Pemerintah DKI Jakarta, namun ia tidak mendapat gaji / upah per bulannya dari suku dinas. Penghasilannya didapat dari hasil menjual barang – barang bekas seperti plastik, ember, dan gelas aqua yang ia temukan dari sampah rumah tangga dari rumah ke rumah. Selama ini Pak Umar menjalani kehidupan perekonomiannya cukup relatif saja, karena ia tahu semakin banyak hal yang beliau inginkan, semua itu tidak akan mampu tercukupi. Ia pun merasakan bahwa keadaan ekonomi di Indonesia semakin memburuk dari tahun ke tahun. Ditambah lagi, golongan masyarakat bawah yang sering kali tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk mengupayakan taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Pandangan Pak Umar terhadap kondisi keuangan masyarakat Indonesia khususnya kelas bawah adalah semuanya sama, tidak ada hal yang berbeda. Bahwa kemiskinan di Jakarta ini sudah meluas dan menyebar, ditambah lagi dengan kenaikan harga bahan-bahan pokok membuat kehidupan ini menjadi serba sulit adanya. Kesulitan utama selain masalah perekonomian yang dihadapi Pak Umar saat ini adalah menunggu mobil pembuangan sampah sangatlah sulit, hal tersebut menjadi kendala bagi laju pembuangan sampah ke TPA pusat ( Bantar Gebang ), karena tidak ada lahan baru untuk pembuangan sampah akhir. Di Bantar Gebang pun sudah menimbun. Diharapkan adanya perhatian dan kerja sama dari pemerintah dan masyarakat untuk sama-sama memikirkan solusi apa yang terbaik untuk pengolahan sampah ini.
Setiap manusia tentu memiliki harapan untuk hidup lebih baik dari sebelumnya. Harapan itu pun dimiliki Pak Umar agar ia tidak mempunyai beban hidup. Sebelumnya, pria yang berasal dari daerah Pekalongan ini merantau ke Jakarta dan pernah bekerja di pabrik. Namun karena merasa mentalnya ditekan dan memiliki aturan yang ketat, maka Pak Umar mengundurkan diri dan memilih untuk bekerja sebagai pengangkut sampah. Ia pun berharap dirinya suatu saat nanti memiliki pekerjaan yang baik dari sebelumnya.
Demikianlah hasil wawancara kami dengan Pak Umar. Semoga kehidupan mereka yang mengalami sama seperti Pak Umar, memperoleh kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya sehingga kemiskinan tidak meluas dari tahun ke tahun.
Katherine X-1 / 14
Sheiren X-1 / 24
Setelah saya mewawancarai Pak Umar seorang petugas sampah yang berada didekat rumah saya, saya merasakan bahwa hidup tidaklah mudah, mungkin saya adalah salah satu orang yang beruntung karena mempunyai hidup yang berkecukupan. Saya selalu memandang keatas, bagaimana saya harus hidup enak, tidak harus bersusah – susah untuk mendapatkan apa yang saya inginkan, terkadang saya harus memaksa pula jika saya tidak mendapat apa yang saya inginkan, namun dibalik semua itu, saya sadar bahwa banyak orang yang berada dibawah adalah orang yang ‘kaya’ dimana mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan seluruh perjuangannya, bagi saya sesuatu akan lebih berharga jika kita dapat dengan hasil kerja keras sendiri. Pandangan saya terhadap orang miskin adalah selalu susah, namun setelah mewawancarai Pak Umar yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mempunyai tempat tinggal yang sesuai dengan standard kesehatan saya menyadari bahwa walaupun kita tidak mempunyai harta benda tetapi kita mempunyai sesuatu yang berarti dan kita perjuangkan di hidup kita akan memberi nilai tersendiri bagi hidup kita, karena hidup ini hanyalah fana, kita bisa kapan saja dipanggil Tuhan dan tidak dapat lagi merasakan arti hidup yang hanya sekali ini.
Refleksi Sheiren X-1/ 24
Andai kemiskinan dapat diberantas tentu masyarakat dapat merasakan hidup yang lebih baik. Pada refleksi ini, pandangan saya mengenai kemiskinan bahwa ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan dapat terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya terjadi kesenjangan pemerataan penduduk.
Kemiskinan menjadi kendala utama dalam hidup masyarakat, entah dilihat dari sudut pandang yang berbeda namun semuanya membuat kemiskinan menjadi momok yang muncul dalam kehidupan social. Semua orang tentu menginginkan hidup yang lebih baik, namun rendahnya kualitas SDM membuat seseorang tidak mampu mendapatkan pendapatan yang tinggi. Seringkali, banyak diantara kita merasa iba melihat kemiskinan di negara ini yang semakin hari semakin meraba luas. Apakah pantas kita memberi uang kecil kepada pengemis ? Apakah pantas kita member i uang kepada pengamen?
Hidup ini seperti roda yang berputar, kadang berada diatas, namun adapula yang dibawah. Sebagai manusia, memang kita ingin membantu sesama kita yang miskin, tapi semakin kita member i maka muncul sifat malas dalam diri pengemis dan pengamen. Padahal biasanya kita menemui ada pengamen yang usianya masih muda, maupun ibu-ibu muda yang memang masih produktif untuk bekerja. Karena rasa malas dan tidak mau lelah mencari uang, mereka memilih untuk menjadi pengemis. Solusi yang baik adalah kita member i pelatihan kepada mereka dan dengan cukupnya keterampilan, mereka dapat mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka.
Pandangan saya terhadap kaum miskin di Jakarta pada umumnya yaitu saya melihat bahwa seringkali ada perendahan martabat yang menyebabkan mereka tidak mampu mendapatkan haknya, padahal kita mempunyai martabat yang sama di hadapan Tuhan. Seringkali seseorang memandang yang lain, berdasarkan tingkat kekayaan / prestise yang ia miliki. Dengan prestise itu semuanya dapat menaikan harkat dan martabat seseorang dan itu tidak sesuai ajaran Religiositas yang Tuhan inginkan.
Namun, dari segi kemiskinan yang lebih khusus, saya melihat Pak Umar, sebagi tukang sampah yang memandang hidup di Jakarta sulit, ditambah lagi ia tidak mendapatkan penghasilan per bulan dari suku dinas pemerintah, tapi didalam diri Pak Umar, saya melihata ada sebuah tekad dan motivasi untuk terus bekerja menjadi tukang sampah selama 6 tahun lamanya. Ia tidak mengeluh akan roda kehidupan yang menimpa dirinya, tapi dari semua pengalaman itu, ia belajar untuk bekerja keras dan terus semangat melawan kejamnya Jakarta bagi kaum mereka. Hal ini membuat Pak Umar, untuk belajar hidup hemat, dan terus mengumpulkan uang untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Dari pengalaman Pak Umar, saya mendapat sesuatu yang memang kadang tidak pernah saya hargai yaitu hidup boros padahal masih banyak kebutuhan lain untuk dipenuhi. Juga semangat dan motivasinya dalam mengerjakan sesuatu, sehingga semuanya dapat mencapai hasil maksimal. Semoga dengan mengenal kaum miskin, saya semakin belajar satu diantara kaum miskin seperti kehidupan Pak Umar dalam menjalani kehidupannya untuk tidak pantang menyerah apabila menemui kesulitan. Tuhan selalu merencanakan hal yang indah dalam hidup setiap manusia, entah harus dilalui dengan jalan yang sulit, akhirnya setiap manusia dapat belajar dari pengalaman hidupnya untuk terus bertahan dan berkembang sampai saat ini.
No comments:
Post a Comment